Jakarta, Insertrakyat.com Pemerintah Jepang melalui Kementerian Pertanahan, Infrastruktur, Transportasi, dan Pariwisata (MLIT) serta Japan International Cooperation Agency (JICA) menyatakan komitmennya dalam mendukung penerapan metode Wastewater-Based Epidemiology (WBE) di Indonesia.

Dalam Forum Diskusi Aktual yang diselenggarakan BSKDN Kemendagri, Selasa (11/3/2025), Ms. Kohigashi Kana dari MLIT Jepang menyampaikan bahwa proyek WBE telah diimplementasikan di Bali sejak 2021 dan diperluas ke beberapa daerah pada 2022 melalui kerja sama dengan Yachiyo Engineering.

“Pemerintah Jepang berkomitmen mendukung Indonesia dalam implementasi WBE, yang kami harap dapat meningkatkan sistem pemantauan sanitasi serta mengurangi angka stunting,” ujar Kohigashi Kana.

BACA JUGA :  Melihat Jantung Pelayanan Publik Desa Panaikang, Inilah Kunker Strategi TR Fahsul Falah di Bumi Panrita Kitta

Tamotsu Kimiko dari Yachiyo Engineering menjelaskan bahwa penelitian di Bali menunjukkan WBE mampu mendeteksi berbagai patogen dalam air limbah, termasuk SARS-CoV-2, polio, dan hepatitis. Metode ini juga memiliki potensi besar dalam mendeteksi faktor lain yang berkontribusi terhadap kesehatan masyarakat, termasuk paparan zat berbahaya yang dapat memengaruhi gizi anak.

Sementara itu, Menurut TR Fahsul Falah, Kepala Pusat Strategi Kebijakan BSKDN, dukungan dari Pemerintah Jepang ini sangat penting dalam upaya penguatan sistem kesehatan berbasis data di Indonesia.

BACA JUGA :  Pemkab Lampung Selatan Bergerak Cepat Bersama Kemendagri Atasi Kenaikan Beras, Begini Arahan Tomsi Tohir 

“Kolaborasi antara pemerintah Indonesia dan Jepang diharapkan dapat menghasilkan kebijakan yang lebih berbasis bukti dalam menangani permasalahan kesehatan masyarakat,” katanya sesaat sebelum menutup forum.

Forum tersebut juga menghadirkan sejumlah Narasumber yang berkompeten di masing-masing bidang.

Narasumber sesi dua (Dok Istimewa).

Selain itu kegiatan ini juga dihadiri langsung oleh Kepala BSKDN Kemendagri, DR. Yusharto Huntoyungo, M.Pd.

Saat membuka kegiatan, DR. Yusharto Huntoyungo, M.Pd.dalam sambutannya menyampaikan bahwa angka stunting di Indonesia masih cukup tinggi, yakni 21,5 persen pada 2023 berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI). Ia menekankan bahwa salah satu penyebab utama stunting adalah sanitasi yang buruk serta tingginya paparan patogen yang berdampak pada kesehatan anak-anak.

BACA JUGA :  Wamendagri Ajak Kepala Daerah Bentuk Koperasi Merah Putih untuk Tekan Urbanisasi

“Metode WBE memungkinkan kita untuk memantau kondisi kesehatan masyarakat melalui analisis air limbah. Dengan cara ini, berbagai patogen dan zat kimia yang berkaitan dengan infeksi yang dapat menyebabkan malnutrisi bisa dideteksi lebih dini,” tegasnya.